Duka Awal 2024, Dua Pekerja Migran Asal Kebumen Meninggal Dunia di Malaysia

Duka Awal 2024, Dua Pekerja Migran Asal Kebumen Meninggal Dunia di Malaysia

Smallest Font
Largest Font

Kebumen - Kabar duka di awal tahun 2024. Baru genap 10 hari, ada dua warga Kebumen yang bekerja di luar negeri pulang dalam kondisi meninggal dunia.

Merujuk keterangan di berita faksimili (brafaks) dari KBRI di Kualalumpur keduanya meninggal dunia karena sakit.

Adapun dua pahlawan devisa yang pulang tinggal nama adalah Eko Triyanto (36) warga Desa Bulurejo Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen. Kedua adalah Ibu Saniyem (55) pekerja migran asal Desa Madurejo Kecamatan Puring, Kabupaten Kebumen.

Menurut data kematian dari Hospital Sultan Idris Shah, Serdang, Selangor Eko Triyanto meninggal pada 31 Desember 2023 pukul 16.00 waktu setempat disebabkan Pulmonary Tuberculosis.

Jenazah Eko Triyanto dipulangkan ke Indonesia pada 02 Januari 2024 dengan biaya dari majikan dan iuran dari sahabat tempat dia bekerja. Eko Triyanto bekerja di Malaysia sebagai PMI yang non prosedural.

Awal mulanya Eko Triyono bekerja ke Malaysia diajak oleh temannya yang sudah lama bekerja di Malaysia, Eko Triyono tidak mengetahui prosedur bekerja keluar negeri dia berangkat menggunakan visa turis.

Almarhum Eko Triyono di Malaysia bekerja pada sektor peternakan ayam di Selangor. Almarhum sudah bekerja selama 18 bulan dan mengirimkan hasil kerja ke keluarga di Kebumen. Almarhum meninggalkan 2 orang anak perempuan yang baru kelas 1 dan 4 sekolah dasar.

Sedangkan jenazah almarhumah Ibu Saniyem dipulangkan pada 8 Januari 2024 dan sesampainya di rumah duka jenazah langsung dimakamkan. Ibu Saniyem bekerja di Malaysia kurang lebih sudah 21 tahun, bekerja di satu majikan sebagai Pekerja Rumah Tangga (PRT).

Almarhumah sudah pernah pulang ke Indonesia pada tahun 2018. Ini merupakan kepulangan pertama setelah 16 tahun di Malaysia dan kepulangan kedua ke Indonesia sudah dalam kondisi meninggal.

Kepulangan almarhumah ke Indonesia pada tahun 2018 tidak lama karena majikan meminta untuk segera kembali ke Malaysia lagi. Menurut cerita keluarga di desa, anak pertama almarhumah juga bekerja di Malaysia bersama dengan keluarganya.

Awal mula almarhumah bekerja ke Malaysia karena perceraian, semenjak bercerai ekonomi keluarga sangat kekurangan apalagi untuk membiayai dan membesarkan anak-anak almarhumah. Tidak lama kemudian, almarhumah memutuskan untuk bekerja ke Malaysia sebagai PRT.

Koordinator Migrant Care Kebumen Syaipul Anas menyampaikan dari dua kasus pekerja migran tersebut menegaskan bahwa masih banyak masyarakat Kebumen belum mengetahui tata cara bermigrasi yang aman dan nyaman. Kasus tersebut membuktikan bahwasanya pekerjaan Pemerintah Kebumen dalam hal ini Disnaker Kebumen dalam memberikan sosialisasi migrasi aman masih harus ditingkatkan lagi.

“Awal tahun 2024 pemerintah seharusnya menyusun agenda pelindungan dan sosialisasi juga menganggarkan untuk advokasi kasus-kasus pekerja migran,” ujarnya.
Terkait hal tersebut Migrant Care Kebumen meminta kepada Pemkab Kebumen dalam hal ini Disnaker Kabupaten Kebumen untuk memanfaatkan dan memaksimalkan apa yang sudah dicapai seperti layanan LTSA sebagai sarana sosialisasi dan pengaduan persoalan pekerja migran.

Kemudian memaksimalkan pengawasan implementasi Perdes Pelindungan Pekerja Migran di desa, memaksimalkan layanan mobil Patriot (Pelayanan AK1, Karir, Info Loker Terpadu) untuk gerak cepat sosialisasi khususnya kepada pekerja migran dan anggota keluarganya.
Memaksimalkan Desmigratif (Desa Migran Produktif) dan memastikan pekerja migran mendapatkan hak-haknya seperti jaminan sosial, gaji dan pelayanan yang tidak diskriminatif. (***)

Editors Team
Daisy Floren